Selasa, 28 Maret 2017

BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN BUDAYA BANGSA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bahasa dan budaya merupakan dua sisi mata uang yang berbeda, tetapi hubungan kedua hal tersebut  tidak dapat dipisahkan, karena Bahasa merupakan cermin Budaya dan identitas diri penuturnya. Hal ini berarti, apakah Bahasa dapat mempengaruhi Budaya masyarakat atau sebaliknya?, sehingga Bahasa dapat menentukan kemajuan dan “mematikan” Budaya bangsa?
Bahasa dan Budaya adalah 2 hal yang saling terkait. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya fenomena atau realita yang menunjukan adannya hubungan antara bahasa dan budaya. Hubungan tersebut bisa berupa transformasi, saling mempengaruhi, dan lain sebagainya. Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara Bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, dimana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, kedudukannya sama tinggi.
Budaya  yaitu merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau pikiran) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan pikiran manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Pengajaran bahasa sering dipisahkan dari pengajaran budaya, bahkan ada yang menganggap bahwa bahasa tidak ada hubungannya dengan budaya. Memang diakui bahwa budaya penting untuk dipahami oleh pemelajar bahasa, tetapi pengajarannya sering terpisah dari pengajaran bahasa.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian bahasa Indonesia ?
b.      Apa hubungan bahasa dan budaya ?
c.       Apa fenomena antara bahasa dan budaya ?
d.      Apa Pengaruh budaya terhadap perkembangan bangsa ?
                                                                  
1.3  Tujuan
a.       Dapat mengetahui pengertian bahasa Indonesia
b.      Dapat mengetahui hubungan bahasa dan budaya
c.       Dapat mengetahui  fenomena antara bahasa dan budaya
d.      Dapat mengetahui  Pengaruh budaya terhadap perkembangan bangsa



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BAHASA INDONESIA
Bahasa adalah ucapan / tulisan verbal untuk menyatakan dan mengungkapkan sebuah ide / gagasan. Bahasa Indonesia adalah bahasa melayu yang diesmikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia.

Tiga Fungsi Bahasa:
1.      Bahasa sebagai ekspresi diri
Bahasa berfungsi mengekspresikan suatu keadaan / kondisi diri manusia secara langsung (lisan) maupun tidak langsung (tulisan) berupa perasaan dan aspirasi.
Adanya bahasa verbal ini seseorang dapat mengungkapkan apa yang ada di dalam benak atau pikirannya.
Contoh: percakapan, puisi, surat pembaca, surat cinta, dan seterusnya.

2.      Bahasa sebagai alat berpikir
Bahasa berguna untuk merumuskan sebuah pemikiran. Bahasa terdiri dari satuan tata bahasa (gramatika) yang mengorganisir kata-kata menjadi susunan yang bermakna.
Sumbangan bahasa bagi kehidupan jelas sangat besar. Kelangsungan segala kegiatan manusia, salah satunya disebabkan adanya bahasa. Tanpa bahasa verbal ini, kita tidak bisa memiliki bayangan  kehidupan seperti yang kita alami sekarang ini.
Bahasa membantu manusia dalam mengabstraksikan segala sesuatu terkait kehidupannya dan mengambil tindakan sesuai dengan tujuannya.
Contoh: buku, artikel, iklan, dan sebagainya.

3. Bahasa sebagai alat komunikasi
Adanya tata bahasa (gramatika) dan kata-kata yang konstan maknanya dalam bahasa, maka bahasa verbal adalah satu-satunya sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa membantu manusia tidak saja mengekspresikan/mengungkapkan ide dan alat berpikir, tetapi bahasa membuat manusia dapat memahami satu sama lain.
Hakikat komunikasi dalam bahasa ini adalah sebuah sarana atau alat agar berbagai hal dapat disampaikan/dikomunikasikan kepada pihak lain. Adanya komunikasi inilah  yang mensyaratkan adanya interaksi/hubungan sosial di masyarakat.
Contoh:
1. Percakapan sehari-hari secara langsung maupun tidak langsung, seperti lewat SMS, chatting, FB, dst.
2. Berita di TV, radio, media cetak, media internet.
3. Perintah yang digunakan petugas parkir, dapat mengarahkan sebuah truk besar.

2.2 HUBUNGAN BAHASA DAN BUDAYA
Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasa dikatakan kompleks karena di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran kolektif dan semua hal yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Bahasa dikatakan aktif karena bahasa terus berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan budaya. Oleh karena sifatnya tersebut, bahasa merupakan aspek terpenting dalam mempelajari suatu kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Bahasa juga merupakan suatu sistem komunikasi maksudnya adalah suatu bagian atau subsistem dari sistem kebudayaan, bahkan dari bagian inti kebudayaan. Lebih penting lagi, kebudayaan manusia tidak akan mungkin terjadi tanpa bahasa karena bahasalah faktor yang menentukan terbentuknya kebudayaan .Fungsi bahasa dalam arti luas dapat dipergunakan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan segala berlambang kebudayaan antar anggota masyarakat. Sifat khas suatu kebudayaan memang hanya bisa dimanifestasikan dalam beberapa unsur yang terbatas dalam suatu kebudayaan, yaitu dalam bahasanya, keseniannya, dan dalam adat istiadat upacaranya. Bahasa dan budaya, sangat erat dengan daya-daya kohesif dan saling mempengaruhi, serta boleh dikatakan bahwa masing-masing entitas yang satu tidak bisa berdiri sendiri tanpa peranan yang lain.
Manusia Indonesia mempergunakan bahasa Indonesia sebagai wahana dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah milik manusia. Bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi manusia. Kedudukan bahasa Indonesia kini semakin mantap sebagai sarana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal.Bahasa Indonesia yang berperan sebagai bahasa persatuan  dan bahasa resmi di wilayah Republik Indonesia sudah mulai diminati oleh penutur asing untuk dipelajari. Sedemikian eratnya hubungan antara kebudayaan dan bahasa sebagai wadahnya, hingga sering terdapat kesulitan dalam menerjemahkan kata-kata dan ungkapan dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Hal ini menegaskan kita pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan, yaitu bahwa kunci bagi pengertian yang mendalam atas suatu kebudayaan adalah melalui bahasanya. Semua yang di bicarakan dalam suatu bahasa, terkecuali ilmu pengetahuan yang kita anggap universal, adalah tentang hal-hal yang ada dalam kebudayaan bahasa itu. Bahasa juga merupakan produk budaya dan sekaligus wadah penyampai kebudayaan dari masyarakat bahasa yang bersangkutan.

Ada berbagai teori mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Ada yang mengatakan bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan.
Ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan, sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin di dalam bahasa. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan dan cara berpikir manusia atau masyarakat penuturnya.
Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. Namun pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama tinggi. Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.
Dengan demikian hubungan bahasa dan kebudayaan seperti anak kembar siam, dua buah fenomena sangat erat sekali bagaikan dua sisi mata uang, sisi yang satu sebagai sistem kebahasaan dan sisi yang lain sebagai sistem kebudayaan.

2.3 FENOMENA ANTARA BAHASA DAN BUDAYA
Bahasa bukan saja merupakan "property" yang ada dalam diri manusia yang dikaji sepihak oleh para ahli bahasa, tetapi bahasa juga alat komunikasi antar persona. Komunikasi selalu diiringi oleh interpretasi yang di dalamnya terkandung makna. Dari sudut pandang wacana, makna tidak pernah bersifat absolut; selalu ditentukan oleh berbagai konteks yang selalu mengacu kepada tanda-tanda yang terdapat dalam kehidupan manusia yang di dalamnya ada budaya. Karena itu bahasa tidak pernah lepas dari konteks budaya dan keberadaannya selalu dibayangi oleh budaya.
Dalam analisis semantik, Abdul Chaer mengatakan bahwa bahasa itu bersifat unik dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya, maka analisis suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain. Umpamanya kata ikan dalam bahasa Indonesia merujuk kepada jenis binatang yang hidup dalam air dan biasa dimakan sebagai lauk; dalam bahasa Inggris sepadan dengan fish; dalam bahasa banjar disebut iwak. Tetapi kata iwak dalam bahasa jawa bukan hanya berarti ikan atau fish. Melainkan juga berarti daging yang digunakan juga sebagai lauk (teman pemakan nasi). Malah semua lauk seperti tahu dan tempe sering juga disebut iwak.
Mengapa hal ini bisa terjadi ? semua ini karena bahasa itu adalah produk budaya dan sekaligus wadah penyampai kebudayaan dari masyarakat bahasa yang bersangkutan. Dalam budaya masyarakat inggris yang tidak mengenal nasi sebagai makanan pokok hanya ada kata rice untuk menyatakan nasi, beras, gabah, dan padi. Karena itu, kata rice pada konteks tertentu berarti nasi pada konteks lain berarti gabah dan pada konteks lain lagi berarti beras atau padi. Lalu karena makan nasi bukan merupakan budaya Inggris, maka dalam bahasa Inggris dan juga bahasa lain yang masyakatnya tidak berbudaya makan nasi; tidak ada kata yang menyatakan lauk atau iwak (bahasa Jawa).
Contoh lain dalam budaya Inggris pembedaan kata saudara (orang yang lahir dari rahim yang sama) berdasarkan jenis kelamin: brother dan sister. Padahal budaya Indonesia membedakan berdasarkan usia: yang lebih tua disebut kakak dan yang lebih muda disebut adik. Maka itu brother dan sister dalam bahasa Inggris bisa berarti kakak dan bisa juga berarti adik.
Fenomena lain, misalnya budaya inggris dan budaya Indonesia memandang waktu sehari semalam yang 24 jam itu. Pukul satu malam budaya inggris mengatakan Good morning alias selamat pagi; padahal budaya Indonesia mengatakan selamat malam karena memang masih malam, matahari belum terbit. Sebaliknya pukul sebelas siang, buadaya barat masih juga mengatakan selamat pagi; padahal budaya Indonesia mengucapkan selamat siang karena memang hari sudah siang, matahari sudah tinggi.
Selain itu dalam bahasa yang penuturnya terdiri dari kelompok-kelompok yang mewakili latar belakang budaya, pandangan hidup dan status sosial yang berbeda, maka makna sebuah kata bisa menjadi berbeda atau memiliki nuansa makna yang berlainan. Umpamanya kata butuh dalam masyarakat Indonesia di Pulau Jawa berarti perlu, tetapi dalam masyarakat Indonesia di Kalimantan berarti kemaluan. Demikian pula dalam bahasa jawa terdapat tingkat tutur ngoko, tingkat tutur madya, tingkat tutur karma misalnya kata aku, kulo, dalem kawula atau kata kowe, sampeyan, panjenengan, paduka. Tingkat tutur ngoko memiliki makna rasa tak berjarak antara orang pertama dengan orang kedua misalnya. karma adalah tingkat yang memancarkan arti penuh sopan santun antara sang penutur dengan mitranya. Madya adalah tingkat tutur menengah yang berada antara ngoko dan karma. Banyak orang menyebut bahwa tingkat tutur ini setengah sopan dan setengah tidak sopan.
Orang bogor memanggil remaja lelaki dengan panggilan Neng sedangkan panggilan itu biasanya untuk anak perempuan atau wanita muda di Bandung. Sedangkan orang makassar dan Ambon menggunakan kata bunuh (yang tentu sinonimnya matikan) untuk listrik, lampu televisi dan radio. Seperti dalam kalimat “tolong bunuh lampunya”, sudah siang. Sementara itu kata bujur yang berarti pantat bagi orang Sunda, ternyata berarti “terima kasih” bagi orang Batak (Karo), dan “benar” bagi orang Kalimantan Selatan (Banjarmasin).
Begitu juga bahasa Arab yang mempunyai puluhan nama untuk buah kurma mulai dari yang masih di pohon, yang baru dipetik, sampai yang telah kering. Seperti الجرام kurma kering, الرطب kurma matang, الفاخز kurma yang tidak ada isinya, الدمال kurma busuk, dan التمر kurma.
Begitu juga bahasa jawa sebagaimana disebutkan Abdul Wahab, yang adakaitannya dengan kelapa. Dalam bahasa Jawa kita mengenal janur (daun muda kelapa), blarak (daun tua kelapa), sada (lidi atau tulang daun kelapa), plapah (tempat daun kelapa melekat), tebah (sekumpulan lidi untuk menghalau atau menangkap lalat atau nyamuk), manggar (srangkaian kuntum bunga kelapa), mandha (tunas kelapa), bluluk ( buah kelapa yang masih sangat muda dan belum berair), cengkir (buah kelapa muda bertulang tempurung lunak tapi belum berdaging), degan (buah kelapa muda yang sudah bedaging lunak), krambil (kelapa ang sudah tua dan dapat dipakai sebagai bahan minyak goreng), glugu (batang kelapa sebagai bahan bangunan).Uraian di atas menunjukan bahwa tak diragukan lagi bahwa budaya suatu bangsa tercermin dalam bahasanya.
Beberapa keistimewaan bahasa tersebut dipakai suatu bangsa, atau daerah tertentu untuk membatasi cara-cara berpikir dan pandangan bangsa atau daerah yang bersangkutan terhadap fenomena tempat mereka hidup. Dengan demikian sususan bahasa dan keistimewaan lain yang dimiliknya merupakan faktor dasar bagaimana suatu masyarakat memandang hakikat alam dan tempat mereka berada.

2.4 PENGARUH BUDAYA TERHADAP PERUBAHAN BAHASA
Pengaruh budaya terhadap bahasa dewasa ini banyak kita saksikan. Banyak kata atau istilah baru yang dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. Hal tersebut karena dianggap kurang tepat, tidak rasional, kurang halus, atau kurang ilmiah. Misalnya kata pariwisata untuk menggantikan turisme, kata wisatawan untuk menggantikan turis atau pelancong. Kata darmawisata untuk mengganti kata piknik; dan kata suku cadang untuk mengganti kata onderdil. Kata-kata turisme, turis dan onderdil dianggap tidak nasional. Karena itu perlu diganti yang bersifat nasional. Kata-kata kuli dan buruh diganti dengan karyawan, babu diganti dengan pembantu rumah tangga, dan kata pelayan diganti dengan pramuniaga, karena kata-kata tersebut dianggap berbau feodal.
Begitu juga dengan kata penjara diganti dengan lembaga pemasyarakatan, kenaikan harga diganti dengan penyesuaian harga, gelandangan menjadi tuna wisma, pelacur menjadi tunasusila adalah karena kata-kata tersebut dianggap halus ; kurang sopan menurut pandangan norma sosial. Proses penggantian nama atau penyebutan baru masih terus akan berlangsung sesuai dengan perkembangan pandangan dan norma budaya di dalam masyarakat.
Begitu juga bahasa yang diplesetkan yang tidak lepas dari perkembangan pengetahuan, pertukaran budaya, dan kemajuan informasi sekarang ini. Sebagaimana Mansoer Pateda mengatakan bahwa bahasa yang diplesetkan sangat berhubungan erat dengan perkembangan pemakai bahasa untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan kemauannya.16 Misalnya kata kepala diplesetkan menjadi kelapa, tolong diplesetkan menjadi lontong, reformasi diplesetkan menjadi repot nasi, partisipasi diplesetkan menjadi partisisapi. Begitu juga dalam kalimat misalnya I am going to school menjadi ayam goreng to school





BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Di dunia terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang kebetulan sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama.
Oleh karenanya suatu masyarakat bahasa, dituntut adanya kesamaan atau keseragaman bahasa di antara para anggotanya. Tanpa adanya keseragaman bahasa, hubungan sosial akan runtuh, sebab di antara anggota masyarakat itu tidak akan terjadi saling mengerti dalam berkomunkasi verbal.
Seperti halnya Masyarakat Indonesia yang majemuk yang sangat kaya dengan berbagai macam bahasa daerah memiliki bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Walaupun demikian disisi lain perbedaan ini justru berfungsi mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat tersebut. Pluralisme masyarakat, dalam tatanan sosial, agama dan suku bangsa, telah ada sejak nenek moyang, kebhinekaan budaya yang dapat hidup berdampingan, merupakan kekayaan dalam khasanah budaya Nasional, bila identitas budaya dapat bermakna dan dihormati, bukan untuk kebanggaan dan sifat egoisme kelompok, apalagi diwarnai kepentingan politik. Permasalahan silang budaya dan bahasa dapat terjembatani dengan membangun kehidupan multi kultural yang sehat; dilakukan dengan meningkatkan toleransi dan apresiasi antarbudaya. Yang dapat diawali dengan pengenalan bahasa dan ciri khas budaya tertentu.
Dengan demikian sebagai orang terpelajar harus bisa memposisikan diri dengan memperhatikan beberapa hal sebagaimana Mudjia Rahardjo katakana bahwa penggunaan bahasa akan terus berbeda tergantung pada situasi, yaitu apakah situasi itu publik atau pribadi, formal atau informal, dengan siapa kita bicara, dan siapa yang mungkin ikut mendengarkan kata-kata itu. Satu hal yang tak terpisahkan dari pilihan-pilihan yang kita buat dalam penggunaan bahasa yaitu dimensi budaya.



DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MODAL VENTURA

1 . Pengertian Modal ventura adalah merupakan suatu investasi dalam bentuk pembiayaan berupa penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan ...